Minggu, 04 Desember 2011

REPLEKSI PRIE GS

Perkataan tanpa Ucapan

Kejujuran adalah soal yang tak perlu dikatakan karena ia selalu tertampakkan. Begitu juga dengan kebohongan. Setiap kenyataan memiliki bahasanya sendiri. Jika sebuah bangunan kekurangan semen, ia tak perlu diselidiki, karena sebelum penyelidikannya rampung, banyak bangunan memilih ambrol sendiri.

Belum lama ini saya terkesima melihat tayangan di sebuah televisi kabel tentang kehancuran sebuah hotel yang berlangsung tiba-tiba. Hotel yang tampaknya perkasa itu runtuh dalam sekejab, menimpa seluruh aktivitas yang ada di dalamnya, nyaris tanpa isyarat. Tapi hanya nyaris saja, karena tidak pernah ada sebuah kejadian berlangsung sama sekali tanpa isyarat. Hanya ada jenis isyarat, yang karena kelembutannya, kita mengangapnya sebagai tidak ada.

Seluruh analisis teknis dikembangkan untuk menelaah keruntuhan yang ajaib ini. Dari struktur tanah, mutu pondasi, kapastitas besi, akurasi semen dan semua disiplin dalam ilmu bangunan diusut tuntas. Tapi seluruh investigasi yang hampir ketemu kesimpulan itu setiap kali mentah lagi, karena ternyata bukan di sana penyebab utamanya. Para peneliti ini bersiap putus asa kalau tidak kemudan menemukan penyebab utama itu ternyata ada di sini, di dekat-dekat saja.

Hotel ini ternyata telah mengisyaratkan diri lewat retakan-retakan kecil yang berlangusng pelan dan simultan. Mulai dari kaca yang retak, pipa yang bocor dan soal-soal remeh semacam itu. Karena remehnya, ia adalah soal-soal yang tidak pernah benar-benar diwaspadai. Tak ada yang menduga ternyata diam-diam retakan itulah telah menjalar ke seluruh penyangga gedung. Sumbernya adalah beban yang terus ditambah di hotel ini. Penggantian keramik yang lebih berat, tambahan hiasan, renovasi pendingin udara, penambahan tangki air, dan sederet beban ekstra yang tak pernah dirancang sebelumnya. Hotel ini hanya didesain untuk kuat menyangga dirinya, tetapi tidak untuk beban-beban tambahan itu.

Sudah tentu bangunan ini tak perlu mengeluh. Yang ia lakukan sekadar membagi beban itu ke seluruh tiang yang makin lama makin kelelahan. Kelebihan beban itu mereka bagi rata ke seluruh tiang dalam bentuk mikro-retakan. Retakan yang lembut tetapi merayap dengan serempak dan pasti. Itulah jawaban akhir, kenapa seolah-oleh hotel megah ini runtuh dalam sekekab. Ia tak pernah benar-benar sekejab. Bangunan ini sudah berteriak-teriak sangat lama oleh beban di luar tanggungan kekuatananya, tetapi tak ada seorang pun yang mau mendengarnya.

Begitulah logika kejujuran dan kebohongan. Yang berbahaya dari kebohongan ialah karena ia tak perlu kata, nyaris tanpas isyarat dan seperti berlangsung tiba-tiba untuk membuka kedoknya. Ia melewati pintu-pintu yang serba tak terbayangkan. Karennaya logis, bagaimana pihak yang tidak menduga tergerak untuk mengantisipasi. Bahaya berikutnya ialah karena bahasa kebohongan itu sabar dan lambat sekali. Ia tak buru-buru. Justru karena itulah kita tidak pernah tahu betapa diam-diam ia sedang mengibarkan bahaya. Dan bahaya terbesar adalah bahaya yang kita tidak pernah tahu.

DOWNLOAD REPLEKSI PRIE GS

1. KEWAJARAN HIDUP

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan